Pengobatan yang Bisa Tingkatkan Kualitas Hidup Penyandang Talasemia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Talasemia merupakan penyakit keturunan yang didapatkan anak dari salah satu atau kedua orangtua. Kelainan penyakit ini terletak pada tidak terbentuknya rantai hemoglobin di dalam darah.
Spesialis Anak Konsultan Hematologi RS. Kariadi Semarang dr. Bambang Sudarmanto, Sp.A(K), MARS menjelaskan, talasemia terbagi menjadi talasemia alfa dan talasemia beta. Anak yang menderita penyakit talasemia akan mengalami kekurangan kadar hemoglobin (Hb) yang disebut anemia.
"Anemia ini dapat menyebabkan tubuh terutama organ-organ penting seperti otak, jantung, hati, ginjal, dan yang lain kekurangan oksigen karena hemoglobin berfungsi mengangkut oksigen yang dihirup ketika kita bernapas. Akibatnya, tumbuh kembang anak akan terganggu, mempengaruhi produktivitas belajar, bekerja, dan kualitas hidupnya," kata dr. Bambang dalam Virtual Media Briefing bertema “Hidup Berdamai dengan Thalassemia" yang digagas PT Kalbe Farma, belum lama ini.
Di Indonesia, lanjut dr. Bambang, diperkirakan frekuensi pembawa sifat alfa talasemia mencapai 2.6%-11%, beta talasemia 3%-10%, serta varian laintalasemia HbE mencapai 1.6%-33% dari total populasi yang mencapai 256 juta jiwa.
Setiap tahun diperkirakan akan lahir 2.500 bayi dengan talasemia major. Saat ini pengobatan talasemia dapat dilakukan dengan transfusi darah merah. Pemberian transfusi darah diberikan pada anak dengan kadar hemoglobin kurang dari 7 gr/dL pada awal diagnosis, dan harus rutin dilakukan dengan rentang waktu 2-4 minggu.
“Pada umumnya setelah 20 kali transfusi darah, anak akan mengalami kelebihan zat besi. Zat besi yang berlebih ini akan tertimbun di organ-organ penting tubuh di antaranya otak, pankreas, jantung, hati, ginjal, serta organ penting lain yang dapat mengakibatkan gagal jantung, sirosis hepatis, diabetes melitus, kelainan ginjal, dan kematian. Oleh karena itu kelebihan zat besi ini harus dikeluarkan dari tubuh dengan memberikan pengobatan kelasi besi," terang dr. Bambang.
Kepatuhan penyandang talasemia dalam mengonsumsi obat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan kelasi besi ini. Di samping itu, penyandang thalassemia juga dianjurkan untuk mengonsumsi sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung nutrient serta vitamin (asam folat, vitamin E, vitamin C).
Pada akhirnya kepatuhan terhadap pengobatan, dukungan keluarga (caregiver), akses terhadap layanan kesehatan, serta edukasi yang terus-menerus memainkan peranan penting bagi pasien untuk dapat hidup berdamai dengan penyakittalasemia. Penyandang talasemia memerlukan perawatan sejak dini dan terapi secara rutin agar memiliki kehidupan yang berkualitas.
PT Kalbe Farma menjadi salah satu pihak yang terus menunjukkan komitmen dalam mendukung kesehatan masyarakat, termasuk pada penyakit yang tergolong langka, salah satunya talasemia.Kalbe sendiri telah memproduksi produk kelasi besi di Indonesia sehingga obat kelasi besi lebih mudah diakses dan harganya terjangkau.
Perusahaan farmasi ini juga concern pada peningkatan awareness masyarakat terhadap manfaat dan pentingnya donor darah, juga pemahaman bahwa talasemia dapat dicegah.
Lihat Juga: Benarkah Kandungan Maltodextrin dalam Susu Formula Sebabkan Diabetes dan Gagal Ginjal pada Anak?
Spesialis Anak Konsultan Hematologi RS. Kariadi Semarang dr. Bambang Sudarmanto, Sp.A(K), MARS menjelaskan, talasemia terbagi menjadi talasemia alfa dan talasemia beta. Anak yang menderita penyakit talasemia akan mengalami kekurangan kadar hemoglobin (Hb) yang disebut anemia.
"Anemia ini dapat menyebabkan tubuh terutama organ-organ penting seperti otak, jantung, hati, ginjal, dan yang lain kekurangan oksigen karena hemoglobin berfungsi mengangkut oksigen yang dihirup ketika kita bernapas. Akibatnya, tumbuh kembang anak akan terganggu, mempengaruhi produktivitas belajar, bekerja, dan kualitas hidupnya," kata dr. Bambang dalam Virtual Media Briefing bertema “Hidup Berdamai dengan Thalassemia" yang digagas PT Kalbe Farma, belum lama ini.
Di Indonesia, lanjut dr. Bambang, diperkirakan frekuensi pembawa sifat alfa talasemia mencapai 2.6%-11%, beta talasemia 3%-10%, serta varian laintalasemia HbE mencapai 1.6%-33% dari total populasi yang mencapai 256 juta jiwa.
Setiap tahun diperkirakan akan lahir 2.500 bayi dengan talasemia major. Saat ini pengobatan talasemia dapat dilakukan dengan transfusi darah merah. Pemberian transfusi darah diberikan pada anak dengan kadar hemoglobin kurang dari 7 gr/dL pada awal diagnosis, dan harus rutin dilakukan dengan rentang waktu 2-4 minggu.
“Pada umumnya setelah 20 kali transfusi darah, anak akan mengalami kelebihan zat besi. Zat besi yang berlebih ini akan tertimbun di organ-organ penting tubuh di antaranya otak, pankreas, jantung, hati, ginjal, serta organ penting lain yang dapat mengakibatkan gagal jantung, sirosis hepatis, diabetes melitus, kelainan ginjal, dan kematian. Oleh karena itu kelebihan zat besi ini harus dikeluarkan dari tubuh dengan memberikan pengobatan kelasi besi," terang dr. Bambang.
Kepatuhan penyandang talasemia dalam mengonsumsi obat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan kelasi besi ini. Di samping itu, penyandang thalassemia juga dianjurkan untuk mengonsumsi sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung nutrient serta vitamin (asam folat, vitamin E, vitamin C).
Pada akhirnya kepatuhan terhadap pengobatan, dukungan keluarga (caregiver), akses terhadap layanan kesehatan, serta edukasi yang terus-menerus memainkan peranan penting bagi pasien untuk dapat hidup berdamai dengan penyakittalasemia. Penyandang talasemia memerlukan perawatan sejak dini dan terapi secara rutin agar memiliki kehidupan yang berkualitas.
PT Kalbe Farma menjadi salah satu pihak yang terus menunjukkan komitmen dalam mendukung kesehatan masyarakat, termasuk pada penyakit yang tergolong langka, salah satunya talasemia.Kalbe sendiri telah memproduksi produk kelasi besi di Indonesia sehingga obat kelasi besi lebih mudah diakses dan harganya terjangkau.
Perusahaan farmasi ini juga concern pada peningkatan awareness masyarakat terhadap manfaat dan pentingnya donor darah, juga pemahaman bahwa talasemia dapat dicegah.
Lihat Juga: Benarkah Kandungan Maltodextrin dalam Susu Formula Sebabkan Diabetes dan Gagal Ginjal pada Anak?
(tsa)